Filsafat
Positivisme
Kehidupan kita sekarangini
sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum
buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang
sangat besar, sehingga kita pun merasakannbetapa banyaknya bencana yang melanda
diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga komponen relasional
hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi
jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan
berlangsuung harmonis dengan alam.
Pengertian Positivisme
Positivisme merupakan Aliran
pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan
pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Positivisme
(disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga
neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat
bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus
dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan
adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Positivisme adalah suatu aliran
filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Tidak mengenal
adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivismemerupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim
karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Tokoh-tokoh yang menganut paham
positivisme logis ini antara lain Moritz Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer. Karl Popper, meski awalnya tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina,
adalah salah satu kritikus utama terhadap pendekatan neo-positivis ini.
Secara umum, para penganut paham
positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis
terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa
semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan
fakta yang jelas. Sehingga, penganut paham ini mendukung teori-teori
paham realisme, materialisme , naturalisme,
filsafat dan empirisme.
Ajaran-Ajaran dalam Positivisme
1. Dalam alam terhadap hukum
yang dapat diketahui.
2. Dalam alam penyebab
benda-benda tidakdapat diketahui.
3. Setiap pernyataan yang pada
prinsipnya tidak dapat direduksikan ke pernyataan sedehana mengenai fakta, baik
khusus maupun umum.
4. Hanya berhubungan antara
fakta yang dapat diketahui.
5. Perkembangan intelektual
merupakan sebab utama perubahan social.
Tahap Pemikiran Manusia
Menurut comte
perkembangan manusia dibagi kedalam 3 tahap perkembangan yaitu yang pertama
tahap teologik, kemudian berkembang ke tahap metafisika, dan akan berkembang
ketahap yang terakhir yaitu tahap positif.
1. Tahap Taelogik
Tahap teologik
bersifat melekatkan manusia kepada selain manusia seperti alam atau apa yang
ada dibaliknya. Pada zaman ini atau tahap ini seseorang mengarahkan rohnya pada
hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terahir
segala sesuatu. Menurutnya benda-benda pada zaman ini merupakan ungkapan dari
supernaturalisme, bermula dari suatu faham yang mempercayai adanya kekuatan
magis dibenda-benda tertentu, ini adalah tahap teologis yang paling primitif.
kemudian mempercayai pada banyak Tuhan, saat itu orang menurunkan hal-hal
tertentu seluruhnya masing-masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati,
yang melatar belakanginya, sedemikian rupa, sehingga tiap kawasan gejala-gejala
memiliki dewa-dewanya sendiri. Dan kemudian menjadi monoteisme ini adalah suatu
tahap tertinggi yang mana saat itu manusia menyatukan Tuhan-Tuhannya menjadi
satu tokoh tertinggi. Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak. Ini
menurutnya adalah abad kekanak-kanakan.
2. Tahap Metafisik
Tahap metafisik
sebenarnya merupakan suatu masa dimana disini adalah masa perubahan dari masa
teologik, dimana pada masa teologik tersebut seseorang hanya percaya pada satu
doktrin saja dan tidak mencoba untuk mengkritisinya. Dan ketika manusia
mencapai tahap metafisika ia mulai bertanya-tanya dan mulai untuk mencari
bukti-bukti yang nyata terhadap pandangan suatu doktrin. Tahap metafisik
menggunakan kekuatan atau bukti yang nyata yang dapat berhubungan langsung dengan manusia. Ini adalah abad nasionalisme
dan kedaulatan umum sudah mulai tampak, atau sring kali tahap ini disebut
sebagai abad remaja
3. Tahap Positif
Tahap
positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala. Pada tahap ini
seseorang tahu bahwa tiada gunanya untuk mempertanyakan atau pengetahuan yang
mutlak, baik secara teologis ataupun secara metafisika. Pada tahap ini orang
berusaha untuk menemukan hukum dari segala sesuatu dari berbagi eksperimen yang
pada akhirnya akan menghasilan fakta-fakta ilmiah, terbukti dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pada tahap ini menerangkan berarti: fakta-fakta yang
khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar