ID
Masjid
|
:
|
|
Luas
Tanah
|
:
|
20.000 m2
|
Status
Tanah
|
:
|
Wakaf
|
Luas
Bangunan
|
:
|
1.368 m2
|
Tahun
Berdiri
|
:
|
1566
|
Daya
Tampung Jamaah
|
:
|
2.000
|
Fasilitas
|
:
|
Parkir, Taman, Gudang, Tempat
Penitipan Sepatu/Sandal, Ruang Belajar (TPA/Madrasah), Toko, Perlengkapan
Pengurusan Jenazah, Perpustakaan, Kantor Sekretariat, Sound System dan
Multimedia, Kamar Mandi/WC, Tempat Wudhu, Sarana Ibadah
|
Kegiatan
|
:
|
Pemberdayaan Zakat, Infaq,
Shodaqoh dan Wakaf, Menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah,
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), Menyelenggarakan kegiatan sosial ekonomi
(koperasi masjid), Menyelenggarakan Pengajian Rutin, Menyelenggarakan Dakwah
Islam/Tabliq Akbar, Menyelenggarakan Kegiatan Hari Besar Islam,
Menyelenggarakan Sholat Jumat, Menyelenggarakan Ibadah Sholat Fardhu
|
SEJARAH
Sejarah Masjid Agung Banten
Masjid yang sangat terkenal dan
bersejarah di Banten, adalah Masjid Agung Banten. Sering menjadi top of mind
tentang Banten. Masjid Agung Banten termasuk dalam wilayah Desa Banten,
Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Bangunan Masjid berbatasan dengan
perkampungan di sebelah Utara, Barat, dan Selatan, alun –alun di sebelah Timur,
dan benteng/Keraton Surosowan di sebelah Tengah. Arah ke sebelah utara dari
pusat Kota Serang. Keadaan Masjid ini relatife terpelihara meskipun banyak yang
sudah rusak. Bangunan Masjid Agung Banten, terdiri dari bangunan Masjid, dengan
serambi pemakaman, di kiri dan kanannya bangunan Tiyamah, menara dan tempat
pemakaman di halaman sisi utara.
Bangunan Masjid Agung Banten
merupakan suatu komplek dengan luas tanah 1,3 ha yang dikelilingi pagar tembak
setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan masing-masing terdapat dua buah
gapura dibagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan Masjid
menghadap ketimur berdiri diatas pondasi masif dengan ketingggian satu meter
dari halaman. Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran
25 x 19 m. lantai terbuat dari ubin berukuran 30 x 30 cm berwarna hijau muda
dan dibatasi dinding pada keempat sisinya. Dinding timur memisahkan ruang utama
dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu (dengan lubang
angin) yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak dengan bidang segi
empat dari dinding yang menanjal berukuran 174 x 98 dengan dua daun pintu dari
kayu. Bagian atas pintu berbentuk lengkung setengah lingkaran. Lubang angin
pada dinding timur ada dua buah yang mengapit pintu, pintu paling selatan
berbentuk persegi panjang dan di dalamnya terdapat hiasan motif kertas tempel,
Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah Iingkaran
dan pelipit cekung.
Dinding sisi utara membatasi ruang
utama dengan serambi utama dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi
panjang ukuran 240 x 125 cm, berdaun pintu dua buah dari kayu. Jendela pada
dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran
180 x 152 cm. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang
menghubungkan ruang utama dengan pawestren di dekat sudut barat dinding.
Masjid Agung Banten termasuk dalam
wilayah Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Bangunan Masjid
berbatasan dengan perkampungan di sebelah Utara, Barat dan Selatan, alun-alun
di sebelah Timur, dan benteng / keraton Surosawan di sebelah Tengah. Bangunan
lain yang ada di Masjid Agung Banten dimana diantaranya pada jarak 10 m dari
kolam di bagian timur (depan) Masjid terdapat menara dengan tinggi 23 m. Menara
ini diperkirakan dibangun abad ke 18 M dan dapat dimasuki sampai ke atas
melalui 82 buah anak tangga. Di dalam menara terdapat empat pintu dan bentuknya
sama dengan pintu masuk menara. Bangunan menara terbagi atas tiga bangunan
yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kolam berada di dalam serambi timur berbentuk
persegi panjang terbagi atas empat kolam kotak yang dipisahkan oleh pematang
tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Kolam
berukuran 28,10 x 3,10m dan dalamnya antara 75-100 cm. Di sekeliling kolam
terdapat tembok setinggi 1,29 m dan tebalnya 32 cm. Untuk mencapai kolam
disediakan tangga turun sebanyak tiga buah anak tangga dari arah halaman dan
lima anak tangga dari serambi timur. Selain terdapat kolam ada juga bangunan
yang dinamakan Pawestren letaknya berdampingan dengan ruang utama. Pada dinding
selatan terdapat pintu yang menghubungkan Pawestren dengan serambi pemakaman
selatan. Lubang angin di dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian
terbuka karena tertutup atap makam selatan. Dinding barat Pawestren hanya
terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga di
antaranya.
Masjid Agung Banten didirikan
pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin dan dilanjutkan
oleh putranya Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1566 M atau bulan Zulhijjah 966
Hijriah. Bangunan Tiyamah merupakan bangunan tambahan yang letaknya di sebelah
selatan Masjid. Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur Belanda kuno. Di
bangun oleh Hendrick Lucas Cardeel, seorang arsitek Belanda yang beragama Islam
dan oleh sultan diberi gelar Pangeran Wiraguna. Menara Masjid Agung Banten
dibangun oleh Lucas Cardeel, Menurut K.C Crucq berpendapat bahwa menara Masjid
Agung Banten ini sudah ada sebelum tahun 1569/1570, bahkan berdasarkan tinjauan
seni bangunan dan hiasannya, ia berkesimpulan menara ini didirikan pada
pertengahan kedua abad XVI yaitu antara tahun 1560 sampai 1570.
Bangunan-bangunan yang ada di
komplek Masjid Agung Banten keadaannya masih terawat dan dikelola oleh Yayasan
yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas.
Renovasi dan Pemugaran
Masjid Agung Banten sejak didirikan
sudah mengalami beberapa kali renovasi, baik fisik maupun penambahan luas
bangunan. Masjid berdenah empat persegi dan beratap tumpang susun lima ini,
telah beberapa kali mengalami perubahan fisik,diantaranya pada :
Tahun 1570-1580 tepatnya pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf yang tak lain adalah putra dari Maulana Hasanuddin
(Sultan yang membangun Masjid Agung Banten), Masjid Agung Banten diperluas
dengan serambi muka dan samping. Selain perbaikan Masjid juga dibangun menara
Masjid dengan bantuan Cek Ban Cut,seorang muslim berkebangsaan Mongolia.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad
(1580-1596); Masjid Agung Banten diperindah dengan melapisi tembok Masjid
dengan porselin dan tiangnya dibuat dari kayu cendana. Dibangun juga tempat
sholat khusus perempuan yang disebut pawestren atau pawadonan.
Masa pemerintahan Sultan Haji
(1684-1687). Pada masa ini dibangun menara baru di halaman muka Masjid dan
tiamah(tempat bermusyawarah dan berdiskusi agama) di selatan serambi Masjid.
Menara berbentuk mercusuar Eropa dan berdenah segi delapan. Pembangunan menara
ini dbantu oleh arsitek Lucas Cardel.
Tahun 1945-1961. Residen Banten Th.
Achmad Chatib bersama masyarakat Banten melakukan perbaikan Masjid. Dibuat atap
cungkup penghubung di komplek pemakaman utara.
Tahun 1966-1967, Dinas Purbakala
melakukan pemugaran menara.
Tahun 1969 Korem 064 Maulana Yusuf
Serang melakukan pemugaran total fisik, kecuali model bangunan dan dinding yang
masih asli karena kayu dan gentengnya pada rusak dimakan usia. Langit-langit
yang tadinya dari bahan rumbia diganti dengan etemit.
Tahun 1970, Yayasan Qur'an memberi
bantuan untuk pemugaran serambi timur.
Tahun 1975, pemugaran besar-besaran
dan menyempurnakan pemugaran pada tahun sebelumnya. Termasuk memperluas halaman
Masjid, dengan memindahkan rumahrumah penduduk yang ada disekitar halaman
Masjid ke tempat yang lain. Penggantian lantai ruang utama Masjid dengan teraso
berwarna kehijauan, pembuatan atap serambi pemakaman selatan, pembuatan bak-bak
wudhu, pembuatan pagar tembok keliling komplek dengan lima gapura. Sumber
dananya dari Pertamina Pusat.
Tahun 1987, merenovasi lantai terasa
diganti dengan marmer di bagian dalam Masjid dan di bagian luamya dengan
keramik. Lantai pemakaman utara dan cungkup makam Maman Hasanuddin yang semua
tegel berwarna merah juga diganti dengan marmer. Adapun biaya renovasi berasal
dati keluarga Cendana Jakarta.
Dari tahun 1987 sampai sekarang ada
renovasi - renovasi kecil termasuk penambahan tempat ziarah yang tadinya
terbuka sekarang tertutup dengan atap genteng. Begitu juga tempat wudhu, kamar
keeil mulai dibata rapi; demi pelayanan dan fasilitas bagi para peziarah yang
berasal dari berbagai daerah.
Kepengurusan Masjid Agung Banten
Seiring dengan berjalanya waktu dan
meningkatnya kebutuhan akan pengelolaan manajemen Masjid yang professional,
kepengurusan DKM mengalami beberapa penggantian. Tercatat beberapa kali
pergantian kepengurusan DKM Masjid Agung yang dikelola oleh keluarga kenadziran;
diantaranya :
1. Periode tahun 1975 s/d tahun 1984
oleh KH. Tb. A. Abbas Ma'mun
2. Periode tahun 1984 s/d tahun1994
oleh KH. Tb. Waseh Abbas
3. Periode tahun 1994 s/d tahun 2009
oleh KH. Tb. Fathul Adzim Chatib
4. Periode tahun 2009 s/d tahun 2014
oleh KH. Tb. A. Suaedi Bashit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar