Menurut aliran
ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak
membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan
dan lingkungan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat
tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini
disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan
atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan
bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai
makhluk pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku
Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman inderawi. Para penganut aliran empiris dalam
berfilsafat bertolak belakang dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka
menentang pendapat-pendapat para penganut rasionalisme yang didasarkan atas
kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Menurut pendapat penganut empirisme,
metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat apriori tetapi posteriori, yaitu
metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang, terjadinya atau adanya
kemudian.
Bagi
penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman. Yang
dimaksud dengan pengalaman disini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia
dan pengalaman bathin yang menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia
hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data
yang diperoleh melalui pengalaman.
Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali
diterapkan oleh Jhon Locke, penerapan tersebut terhadap masalah-masalah
pengetahuan dan pengenalan, langkah yang utama adalah Locke berusaha
menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes
dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan
empirisme. Ia menentang teori rasionalisme yang mengenai ide-ide dan asas-asas
pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut
dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu.
Menurutnya akal manusia adalah pasif pada saat pengetahuan itu didapat. Akal
tidak bisa memperolah pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain
hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu
yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi
dan pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide yang
timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena pengalaman bathiniyah.
Pengalaman lahiriah adalah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kita.
Sementara pengalahan bathinyah berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam
diri/psikis manusia itu sendiri.
Sementara menuru David Hume bahwa seluruh isi pemikiran
berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume
persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah
persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan
hidup. Sementara gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang
kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan dengan cerminan dari kesan. Jadi menurut
Hume jika seandainya manusia itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman
itu buta dan tuli misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan
bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu
pengetahuan
Ajaran-ajaran pokok Empirisme Yaitu:
a.
Pandangan bahwa
semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan
apa yang dialami.
b.
Pengalaman
inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
c.
Semua yang kita
ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d.
Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
e.
Akal budi
sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan
pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f.
Empirisme
sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.
Jenis Emperisme
1.
Empirio-Kritisisme
Disebut juga
Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini
didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan”
pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan
sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan
konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi
(pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali
ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh
tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2.
Empirisme Logis
Analisis logis
Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah.
Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut:
a)
Ada batas-batas
bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif
tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b)
Semua proposisi
yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai
data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c)
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3.
Empiris Radikal
Suatu aliran
yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman
inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan.
Soal kemungkinan melawan kepastian atau
masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan
dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa
penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang
belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris,
dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih
lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untuk keraguan. Dalam situasi semacam
ini, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi
aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris
yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap
benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.
Metode filsafat ini butuh dukungan metode filsafat lainnya supaya ia lebih
berkembang secara ilmiah. Karena ada kelemahan-kelemahan yang hanya bisa
ditutupi oleh metode filsafat lainnya. Perkawinan antara Rasionalisme dengan
Empirisme ini dapat digambarkan dalam metode ilmiah dengan langkah-langkah
berupa perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Telaah Kritis atas
Pemikiran Filsafat Empirisme
Meskipun aliran filsafat empirisme memiliki beberapa keunggulan bahkan
memberikan andil atas beberapa pemikiran selanjutnya, kelemahan aliran ini
cukup banyak. Prof. Dr. Ahmad Tafsir mengkritisi empirisme atas empat
kelemahan, yaitu:
1)
Indera
terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil padahal tidak. Keterbatasan kemampuan
indera ini dapat melaporkan obyek tidak sebagaimana adanya.
2)
Indera menipu,
pada orang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini
akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3)
Obyek yang
menipu, conthohnya ilusi, fatamorgana. Jadi obyek itu sebenarnya tidak
sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas
dapat menimbulkan pengetahuan inderawi salah.
4)
Kelemahan ini
berasal dari indera dan obyek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sisi meta)
tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau juga tidak
dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
Metode empiris tidak dapat diterapkan dalam semua ilmu,
juga menjadi kelemahan aliran ini, metode empiris mempunyai lingkup khasnya dan
tidak bisa diterapkan dalam ilmu lainnya. Misalnya dengan menggunakan analisis
filosofis dan rasional, filosuf tidak bisa mengungkapkan bahwa benda terdiri
atas timbuanan molekul atom, bagaimana komposisi kimiawi suatu makhluk hidup,
apa penyebab dan obat rasa sakit pada binatang dan manusia. Di sisi lain
seluruh obyek tidak bisa dipecahkan lewat pengalaman inderawi seperti hal-hal
yang immaterial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar